Belajar |
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Belajar
sebagai karakteristik yang membedakan manusia dengan makhluk lain,
merupakan aktivitas yang selalu dilakukan sepanjang hayat manusia, bahkan tiada
hari tanpa belajar. Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk
mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau
pengalaman-pengalaman. Salah satu ciri dari aktivitas belajar menurut para ahli
pendidikan dan psikologi adalah adanya perubahan tingkah laku. Perubahan
tingkah laku itu biasanya berupa penguasaan terhadap ilmu pengetahuan yang baru
dipelajarinya, atau penguasaan terhadap keterampilan dan perubahan yang berupa
sikap. Untuk mendapatkan perubahan
tingkah laku tersebut, maka diperlukan tenaga pengajar yang memadai. Pengajar
atau disebut juga dengan pendidik sangat berperan panting dalam proses
pembelajaran. Pendidik yang baik akan mampu membawa peserta didiknya menjadi
lebih baik.
Guru,
instruktur atau dosen seringkali menyamakan istilah pengajaran dan
pembelajaran. Padahal pengajaran lebih mengarah pada pemberian pengetahuan dari
guru kepada siswa yang kadang kala berlangsung secara sepihak. Sedangkan
pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang berupaya membelajarkan siswa
secara terintegrasi dengan memperhitungkan faktor lingkungan belajar,
karakteristik siswa, karakteristik bidang studi serta berbagai strategi
pembelajaran, baik penyampaian, pengelolaan, maupun pengorganisasian
pembelajaran.
Ilmu
pembelajaran menaruh perhatian pada upaya untuk meningkatkan pemahaman dan
memperbaiki proses pembelajaran. Untuk memperbaiki proses pembelajaran tersebut
diperlukan berbagai model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi pembelajaran.
Yang dimaksud dengan kondisi pembelajaran di sini adalah tujuan bidang studi,
kendala bidang studi, dan karakteristik peserta didik yang berbeda memerlukan
model pembelajaran yang berbeda pula.
1.2
Rumusan Masalah
1.Apakah
yang dimaksud belajar dan Bagaimana konsep dasar belajar?
2. Apakah yang dimaksud pembelajaran?
3. Bagaimana konsep dasar pembelajaran?
4. Bagaimana pendekatan atau model
dalam pembelajaran?
5.
Bagaimana peran guru dalam kegiatan pembelajaran?
6.
Apakah yang dimaksud Kognitif, Afektif, Psikomotorik dan Bagaimana konsep penerapan
1.3
Tujuan
1.Untuk mengetahui Apakah yang dimaksud
belajar
2. Untuk mengetahui Bagaimana konsep
dasar belajar
3. Untuk mengetahui Apakah yang dimaksud
pembelajaran?
4. Untuk mengetahui Bagaimana konsep
dasar pembelajaran?
5. Untuk mengetahui Bagaimana pendekatan
atau model dalam pembelajaran?
6. Untuk mengetahui Bagaimana peran guru
dalam kegiatan pembelajaran?
7. Untuk mengetahui Apakah yang dimaksud
Kognitif, Afektif, Psikomotorik
8. Untuk mengetahui Bagaimana konsep penerapan Kognitif, Afektif,
Psikomotorik
1.4
Manfaat
1.
Mengetahui Apakah yang dimaksud belajar
2.
Mengetahui Bagaimana konsep dasar belajar
3.Mengetahui
pengertian pembelajaran
4.Mengetahui
konsep dasar pembelajaran
5.Mengetahui
pendekatan atau model dalam pembelajaran
6.Mengetahui
peran guru dalam kegiatan pembelajaran
7.Mengetahui
Apakah yang dimaksud Kognitif, Afektif, Psikomotorik
8.Mengetahui
Bagaimana konsep penerapan Kognitif,
Afektif, Psikomotorik
BAB II
PEMBAHASAN
1.Pengertian Belajar
Pada hakekatnya, adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di
sekitar individu. belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada
tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Menurut
Sudjana,1989 Belajar juga merupakan proses melihat, mengamati dan memahami
sesuatu. Sedangkan menurut Witherington, 1952 menyebutkan bahwa “Belajar
merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai suatu
pola-pola respon yang berupa keterampilan, sikap, kebiasaan, kecakapan atau
pemahaman”.
Konsep Belajar
Beberapa hal yang berkaitan dengan pengertian belajar yaitu belajar suatu
proses yang berkesinambungan yang berlangsung sejak lahir hingga akhir hayat,
dalam belajar terjadi adanya perubahan tingkah laku yang bersifat relatif
permanen, hasil belajar ditunjukan dengan tingkah laku,dalam belajar ada aspek
yang berperan yaitu motivasi, emosional, sikap,dan yang lainnya. Menurut Gagne
dan Briggs (1988), perubahan tingkah laku dalam proses belajar menghasilkan
aspek perubahan seperti kemampuan membedakan, konsep kongkrit, konsep
terdefinisi, nilai, nilai/aturan tingkat tinggi, strategi kognitif, informasi
verbal, sikap, dan keterampilan motorik.
Proses belajar terjadi apabila individu dihadapkan pada situasi di mana ia
tidak dapat menyesuaikan diri dengan cara biasa, atau apabila
ia harus mengatasi rintangan-rintangan yang mengganggu kegiatan-kegiatan yang
diinginkan. Proses penyesuain diri mengatasi rintangan terjadi secara tidak
sadar, tanpa pemikiran yang banyak terhadap apa yang dilakukan. Dalam hal ini
pelajar mencoba melakukan kebiasaan atau tingkah laku yang telah terbentuk
hingga ia mencapai respon yang memuaskan.
Jadi belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang
berkesinambungan antara berbagai unsur dan berlangsung seumur hidup yang
didorong oleh berbagai aspek seperti motivasi, emosional, sikap dan yang
lainnya dan pada akhirnya menghasilkan sebuah tingkah laku yang diharapkan.
Unsur utama dalam belajar adalah individu sebagai peserta belajar, kebutuhan
sebagai sumber pendorong, situasi belajar, yang memberikan kemungkinan
terjadinya kegiatan belajar.
2. Pengertian Pembelajaran
Dan
Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari kata dasar
“ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui
(diturut) ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an menjadi
“pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan
sehingga anak didik mau belajar. (KBBI)
Dengan kata
lain, kegiatan pembelajaran adalah kegiatan yang di dalamnya terdapat proses
mengajar, membimbing, melatih, memberi contoh, dan atau mengatur serta
memfasilitasi berbagai hal kepada peserta didik agar bisa belajar sehingga
tercapai tujuan pendidikan. Pembelajaran juga diartikan sebagai usaha
sistematis yang memungkinkan terciptanya pendidikan.
Pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan
pendidik agar dapat terjadi Proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan
kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta
didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta
didik agar dapat belajar dengan baik.
Proses
Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai suatu rangkaian interaksi antara
siswa dan guru dalam rangka mencapai tujuannya
3. Konsep Dasar Pembelajaran
Dalam
pembelajaran, guru mempunyai tugas-tugas pokok antara lain bahwa ia harus mampu
dan cakap merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan membimbing dalam
kegiatan pembelajaran. Dengan kata lain, agar para guru mampu menunaikan
tugasnya dengan sebaik-baiknya, ia terlebih dahulu hendaknya memahami dengan
seksama hal-hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran.
4. Pendekatan atau Model dalam
Pembelajaran
Belajar
dapat dilakukan diberbagai tempat, kondisi, dan waktu. Cepatnya informasi lewat
radio, televisi, film, wisatawan,
surat kabar, majalah, dapat mempermudah belajar. meskipun informasi dengan
mudah dapat diperoleh, tidak dengan sendirinya seseorang terdorong untuk
memperoleh pengetahuan, pengalaman, dan ketrampilan dari padanya. Guru
profesional memerlukan pengetahuan dan ketrampilan pendekatan pembelajaran agar
mampu mengelola berbagai pesan sehingga siswa berkebiasaan belajar sepanjang
hayat.
Pendekatan
pembelajaran dapat berarti anutan pembelajaran yang berusaha meningkatkan
kemampuan-kemampuan kognitif, afekif, dan psikomotorik siswa dalam pengolahan
pesan sehingga tercapai sasaran belajar.
Dalam
belajar tentang pendekatan pembelajaran tersebut, orang dapat melihat:
(a) Pengorganisasian siswa,
(b)
Posisi guru-siswa dalam pengolahan pesan, dan
(c)
Pemerolehan kemampuan dalam pembelajaran.
Pendekatan
pembelajaran dengan pengorganisasian siswa dapat dilakukan dengan:
(a) Pambelajaran
secara individual,
(b) Pembelajaran
secara kelompok, dan
(c) Pembelajaran
secara klasikal.
Pada ketiga
keorganisasian siswa tersebut tujuan pengajaran, peran guru dan siswa, program
pembelajaran, dan disiplin belajar berbeda-beda. Pada ketiga pengorganisasian
siswa tersebut siswa tersebut seyogyanya digunakan untuk membelajarkan siswa
yang menghadapi kecepatan informasi pada masa kini.
Sehubungan
dengan posisi guru-siswa dalam pengolahan pesan, guru dapat menggunakan
strategi ekspositori, strategi discovery, dan strategi inkuiri. Strategi
ekpositori, strategi discovery, dan strategi inkuiri. Strategi ekspositori
masih terpusat pada guru; oleh karena itu seyogianya dikurangi. Strategi
discovery dan inkuiri terpusat ada siswa. Dalam kedua strategi ini siswa
dirancang aktif belajar, sehingga ia dapat menemukan, bekerja secara ilmu
pengetahuan, dan merasa senang. Pada tempatnya guru menggunakan strategi
discovery dan inkuiri yang sesuai dengan pendekatan CBSA.
Dalam
pembelajaran pada pebelajar terjadi peningkatan kemampuan. Semula, ia memiliki
kemampuan pra-belajar; dalam proses belajar pada kegiatan belajar hal tertentu,
ia meningkatkan tingkat atau memperbaiki tingkat ranah-ranah kognitif, afektif,
dan psikomotorik. Keputusan tentang perbaikan tingkat ranah tersebut didasarkan
atas evaluasi guru dan unjuk kerja siswa dalam pemecahan masalah. Dari sisi
guru, proses pemerolehan pengalaman siswa atau proses pengolahan pesan tersebut
dapat dilakuikan dengan cara dedukatif dan induktif. Pengolahan pesan secara
deduktif dimulai dari generalisasi atau suatu teori yang benar, pencarian data,
dan uji kebenaran generalisasi atau suatu teori tersebut. Pada pengolahan pesan
secara induktif kegiatan bermula dari adanya fakta atau peristiwa khusus,
penyusunan konsep-konsep. Dalam usaha pembelajaran guru dapat menggunakan
pengolahan pesan secara deduktif atau induktif tergantung pada karakteristik
bidang studinya
Selain
pendekatan atau model belajar individual, kelompok dan klasikal, masih terdapat
banyak model belajar yang lain. Di antaranya:
Teori
belajar
|
Yang
ditekankan
|
Tokoh
|
Behaviorisme
(tingkah laku)
|
Stimulus, respon,
penguatan motivasi
|
Pavlov,
Skinner, Bandura
|
Cognitivisme
|
Daya ingat, perhatian, pemahaman mendalam,
organisasi gagasan, proses informasi
|
Brunner, Piaget, Ausubel
|
Konstruktivisme
|
Pengalaman, interaksi
|
Jean Piaget, Vygotsky,
|
Humanisme
|
Emosi, perasaan, komunikasi yang terbuka,
nilai-nilai
|
John Miler
|
5. Peran Guru Dalam Kegiatan
Pembelajaran
Peran guru
dalam pembelajaran yaitu membuat desain instruksional, menyelenggarakan kegiatan
belajar mengajar, bertindak mengajar atau membelajarkan, mengevaluasi hasil
belajar yang berupa dampak pengajaran. Selain
itu, menurut Djamarah (2000: 43-48) bahwa tugas dan tanggung jawab guru atau
lebih luasnya pendidik adalah sebagai:
1) Korektor,
yaitu pendidik bisa membedakan mana nilai yang baik dan mana nilai yang buruk,
koreksi atau penilaian yang dilakukan bersifat menyeluruh dari segi
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Setiap peserta didik mempunyai kemampuan
yang berbeda dalam menerima pelajaran. Ada yang mempunyai kemampuan baik di
bidang kognitif tetapi kurang pada afektifnya, ada pula yang baik pada
psikomotorik namun kurang pada kognitifnya, dan berbagai macam perbedaan
peserta didik yang lain. Oleh karena itu, dalam memberikan penilaian, hendaknya
pendidik tidak hanya memberikan penilaian dari satu aspek saja.
2) Inspirator,
yaitu pendidik menjadi inspirator atau ilham bagi kemajuan belajar siswa atau
mahasiswa, petunjuk bagaimana cara belajar yang baik, serta member masukan
dalam menyelesaikan masalah lainnya.
3) Informator,
yaitu pendidik harus dapat memberikan informasi perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Dengan peserta didik yang dibekali pengetahuan tentang
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka peserta didik tersebut akan
memiliki daya saing yang tinggi. Sehingga peserta didik tidak akan tertinggal
di era global ini.
4) Organisator,
yaitu pendidik harus mampu mengelola kegiatan akademik (belajar), hingga
tercipta kegiatan pembelajaran yang tertib dan menyenangkan.
5) Motivator,
yaitu pendidik harus mampu mendorong peserta didik agar bergairah dan aktif
belajar. Motivasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan
kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan
kegiatan belajar.
Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi
sebagai proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah,
dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin, 1994). Motivasi dari pendidik
merupakan motivasi ekstrinsik. Meskipun dalam proses belajar, motivasi
intrinsik atau motivasi yang berasal dari dalam diri individu memiliki pengaruh
yang lebih efektif, (karena motivasi intrinsik bertahan relatif lebih
lama) namun motivasi ekstrinsik juga tetap dibutuhkan. Karena kurangnya respons
dari lingkungan secara positif akan mempengaruhi semangat belajar seseorang.
Oleh karena itu, guru sebagai salah satu motivasi ekstrinsik hendaknya selalu
memberikan motivasi pada peserta didiknya.
6) Inisiator,
yaitu pendidik menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan
pembelajaran. Melalui berbagai macam pengalaman yang didapatkan pendidik selama
di kelas, pendidik hendaknya memberikan ide-ide demi kemajuan pembelajaran,
minimal untuk kemajuan pembelajaran di kelas yang dibimbing.
7) Fasilitator,
yaitu pendidik dapat memberikan fasilitas yang memungkinkan kemudahan kegiatan
belajar.
8) Pembimbing,
yaitu pendidik harus mampu membimbing peserta didik menjadi manusia dewasa yang
bertanggung jawab. Hal yang harus dilakukan pendidik adalah memberikan contoh
yang baik pada peserta didik dan mengarahkannya. Oleh karena itu, pendidik
hendaknya selalu menjaga sikap dan perilaku, karena membimbing seseorang tanpa
memberikan teladan yang baik adalah sia-sia.
9) Demonstrator,
yaitu jika diperlukan pendidik bisa mendemonstrasikan bahan pelajaran yang
susah dipahami. Peserta didik akan lebih mudah memahami suatu materi jika
materi tersebut didemonstrasikan, karena sesuatu yang didemonstrasikan
melibatkan aspek audio dan visual, sehingga lebih mudah untuk dipahami peserta
didik.
10) Pengelola kelas, yaitu
pendidik harus mampu mengelola kelas untuk menunjang interaksi edukatif. Jika
kelas dikelola dengan baik, maka proses pembelajaran dapat berjalan dengan
tertib.
11) Mediator, yaitu pendidik
menjadi media yang berfungsi sebagai alat komunikasi guna mengefektifkan proses
interaktif edukatif. Proses pembelajaran merupakan proses interaksi, bukan
hanya penyampaian materi dari satu arah atau dari guru saja, peserta didik
hendaknya turut aktif dalam proses pembelajaran, dan dengan adanya pendidik
maka diharapkan proses interaktif edukatif tersebut tercipta di kelas. Dalam
hal ini biasanya pendidik cukup memberikan sedikit materi di awal, kemudian
mengajak dialog peserta didik mengenai materi yang telah diberikan sebelumnya,
atau dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang akan dibahas.
12) Supervisor, yaitu pendidik
hendaknya dapat memperbaiki dan menilai secara kritis terhadap proses
pembelajaran. Setiap selesai proses pembelajaran, pendidik yang baik akan
menilai proses pembelajaran yang telah berlangsung, apabila terdapat
kekurangan, maka ia akan mencari sumber kekurangan tersebut dan memperbaikinya,
sehingga proses pembelajaran dapat berjalan lebih baik setiap harinya.
13) Evaluator, yaitu pendidik
dituntut menjadi evaluator yang baik dan jujur. Pendidik diharapkan bisa
berlaku adil dan jujur dalam setiap proses evaluasi, sehingga tiap- tiap
peserta didik dapat mengetahui kemampuannya. Membantu peserta didik ketika
menghadapi ujian bukanlah hal yang tepat dilakukan oleh seorang pendidik,
karena hal tersebut merupakan pembodohan peserta didik dan
mengajarkan ketidakjujuran pada peserta didik. Dan hal tersebut juga membuat
peserta didik tidak akan pernah merasa percaya diri terhadap kemampuan yang
dimilikinya.
Oleh karena
itu, jelaslah bahwa kata “pendidik” dalam perspektif pendidikan yang selama ini
berkembang di masyarakat memiliki makana yang lebih luas, dengan tugas, peran,
dan tanggung jawabnya adalah mendidik peserta didik agar tumbuh dan berkembang
potensinya kea rah yang lebih sempurna
6.Pengertian
A. Kognitif
Aspek kognitif adalah kemampuan intelektual siswa dalam berpikir, menegtahui dan memecahkan masalah.
Menurut Bloom (1956) tujuan domain kognitif terdiri atas enam bagian :
a. Pengetahuan (knowledge) mengacu kepada kemampuan mengenal materi yang sudah dipelajari dari
yang sederhana sampai pada teori-teori yang sukar. Yang penting adalah kemampuan mengingat
keterangan dengan benar.
b. Pemahaman (comprehension) Mengacu kepada kemampuan memahami makna materi. Aspek ini satu
tingkat di atas pengetahuan dan merupakan tingkat berfikir yang rendah.
c. Penerapan (application) Mengacu kepada kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang
sudah dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut penggunaan aturan dan prinsip.
Penerapan merupakan tingkat kemampuan berfikir yang lebih tinggi daripada pemahaman.
d. Analisis (analysis) Mengacu kepada kemampun menguraikan materi ke dalam komponen-komponen
atau faktor-faktor penyebabnya dan mampu memahami hubungan di antara bagian yang satu dengan
yang lainnya sehingga struktur dan aturannya dapat lebih dimengerti. Analisis merupakan
tingkat kemampuan berfikir yang lebih tinggi daripada aspek pemahaman maupun penerapan.
e. Sintesa (evaluation) Mengacu kepada kemampuan memadukan konsep atau komponen-komponen
sehingga membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru. Aspek ini memerluakn tingkah laku
yang kreatif. Sintesis merupakan kemampuan tingkat berfikir yang lebih tinggi daripa
kemampuan sebelumnya.
f. Evaluasi (evaluation) Mengacu kemampuan memberikan pertimbangan terhadap nilai-nilai materi
untuk tujuan tertentu. Evaluasi merupakan tingkat kemampuan berfikir yang tinggi.
Urutan-urutan seperti yang dikemukakan di atas, seperti ini sebenarnya masih mempunyai bagian-bagian lebih spesifik lagi. Di mana di antara bagian tersebut akan lebih memahami akan ranah-ranah psikologi sampai di mana kemampuan pengajaran mencapai Introduktion Instruksional. Seperti evaluasi terdiri dari dua kategori yaitu “Penilaian dengan menggunakan kriteria internal” dan “Penilaian dengan menggunakan kriteria eksternal”. Keterangan yang sederhana dari aspek kognitif seperti dari urutan-urutan di atas, bahwa sistematika tersebut adalah berurutan yakni satu bagian harus lebih dikuasai baru melangkah pada bagian lain.
Aspek kognitif lebih didominasi oleh alur-alur teoritis dan abstrak. Pengetahuan akan menjadi standar umum untuk melihat kemampuan kognitif seseorang dalam proses pengajaran.
B.Afektif
Domain afektif atau intelektual adalah mengenai sikap, minat, emosi, nilai hidup dan operasiasi siswa.
Menurut Krathwol (1964) klasifikasi tujuan domain afektif terbagi lima kategori:
a. Penerimaan (recerving) Mengacu kepada kemampuan memperhatikan dan memberikan respon terhadap
sitimulasi yang tepat. Penerimaan merupakan tingkat hasil belajar terendah dalam domain
afektif.
b. Pemberian respon atau partisipasi (responding) Satu tingkat di atas penerimaan. Dalam hal ini
siswa menjadi terlibat secara afektif, menjadi peserta dan tertarik.
c. Penilaian atau penentuan sikap (valung) Mengacu kepada nilai atau pentingnya kita
menterikatkan diri pada objek atau kejadian tertentu dengan reaksi-reaksi seperti menerima,
menolak atau tidak menghiraukan. Tujuan-tujuan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi “sikap
dan opresiasi”.
d. Organisasi (organization) Mengacu kepada penyatuan nilai, sikap-sikap yang berbeda yang
membuat lebih konsisten dapat menimbulkan konflik-konflik internal dan membentuk suatu sistem
nilai internal, mencakup tingkah laku yang tercermin dalam suatu filsafat hidup.
e. Karakterisasi / pembentukan pola hidup (characterization by a value or value complex)
Mengacu kepada karakter dan daya hidup sesorang. Nilai-nilai sangat berkembang nilai teratur
sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten dan lebih mudah diperkirakan. Tujuan dalam
kategori ini ada hubungannya dengan keteraturan pribadi, sosial dan emosi jiwa.
Variable-variabel di atas juga telah memberikan kejelasan bagi proses pemahaman taksonomi afektif ini, berlangsungnya proses afektif adalah akibat perjalanan kognitif terlebih dahulu seperti pernah diungkapkan bahwa:
“Semua sikap bersumber pada organisasi kognitif pada informasi dan pengatahuan yang kita miliki. Sikap selalu diarahkan pada objek, kelompok atau orang hubungan kita dengan mereka pasti di dasarkan pada informasi yanag kita peroleh tentang sifat-sifat mereka.”
Bidang afektif dalam psikologi akan memberi peran tersendiri untuk dapat menyimpan menginternalisasikan sebuah nilai yang diperoleh lewat kognitif dan kemampuan organisasi afektif itu sendiri. Jadi eksistensi afektif dalam dunia psikologi pengajaran adalah sangat urgen untuk dijadikan pola pengajaran yang lebih baik tentunya.
C. Psikomotorik
Domain psikomotorik adalah kemampuan yang menyangkut kegiatan otot dan fisik.
Menurut Davc (1970) klasifikasi tujuan domain psikomotor terbagi lima kategori yaitu :
a.Peniruan
terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan. Mulai memberi respons serupa dengan yang
diamati. Mengurangi koordinasi dan kontrol otot-otot saraf. Peniruan ini pada umumnya dalam
bentuk global dan tidak sempurna.
b. Manipulasi
Menekankan perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan, penampilan, gerakan-gerakan pilihan
yang menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Pada tingkat ini siswa menampilkan sesuatu
menurut petunjuk-petunjuk tidak hanya meniru tingkah laku saja.
c. Ketetapan
memerlukan kecermatan, proporsi dan kepastian yang lebih tinggi dalam penampilan. Respon-
respon lebih terkoreksi dan kesalahan-kesalahan dibatasi sampai pada tingkat minimum.
d. Artikulasi
Menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan yang tepat dan mencapai
yang diharapkan atau konsistensi internal di natara gerakan-gerakan yang berbeda.
e. Pengalamiahan
Menurut tingkah laku yang ditampilkan dengan paling sedikit mengeluarkan energi fisik maupun
psikis. Gerakannya dilakukan secara rutin. Pengalamiahan merupakan tingkat kemampuan
tertinggi dalam domain psikomotorik.
Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa domain psikomotorik dalam taksonomi instruksional pengajaran adalah lebih mengorientasikan pada proses tingkah laku atau pelaksanaan, di mana sebagai fungsinya adalah untuk meneruskan nilai yang terdapat lewat kognitif dan diinternalisasikan lewat afektif sehingga mengorganisasi dan diaplikasikan dalam bentuk nyata oleh domain psikomotorik ini.
Aspek kognitif adalah kemampuan intelektual siswa dalam berpikir, menegtahui dan memecahkan masalah.
Menurut Bloom (1956) tujuan domain kognitif terdiri atas enam bagian :
a. Pengetahuan (knowledge) mengacu kepada kemampuan mengenal materi yang sudah dipelajari dari
yang sederhana sampai pada teori-teori yang sukar. Yang penting adalah kemampuan mengingat
keterangan dengan benar.
b. Pemahaman (comprehension) Mengacu kepada kemampuan memahami makna materi. Aspek ini satu
tingkat di atas pengetahuan dan merupakan tingkat berfikir yang rendah.
c. Penerapan (application) Mengacu kepada kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang
sudah dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut penggunaan aturan dan prinsip.
Penerapan merupakan tingkat kemampuan berfikir yang lebih tinggi daripada pemahaman.
d. Analisis (analysis) Mengacu kepada kemampun menguraikan materi ke dalam komponen-komponen
atau faktor-faktor penyebabnya dan mampu memahami hubungan di antara bagian yang satu dengan
yang lainnya sehingga struktur dan aturannya dapat lebih dimengerti. Analisis merupakan
tingkat kemampuan berfikir yang lebih tinggi daripada aspek pemahaman maupun penerapan.
e. Sintesa (evaluation) Mengacu kepada kemampuan memadukan konsep atau komponen-komponen
sehingga membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru. Aspek ini memerluakn tingkah laku
yang kreatif. Sintesis merupakan kemampuan tingkat berfikir yang lebih tinggi daripa
kemampuan sebelumnya.
f. Evaluasi (evaluation) Mengacu kemampuan memberikan pertimbangan terhadap nilai-nilai materi
untuk tujuan tertentu. Evaluasi merupakan tingkat kemampuan berfikir yang tinggi.
Urutan-urutan seperti yang dikemukakan di atas, seperti ini sebenarnya masih mempunyai bagian-bagian lebih spesifik lagi. Di mana di antara bagian tersebut akan lebih memahami akan ranah-ranah psikologi sampai di mana kemampuan pengajaran mencapai Introduktion Instruksional. Seperti evaluasi terdiri dari dua kategori yaitu “Penilaian dengan menggunakan kriteria internal” dan “Penilaian dengan menggunakan kriteria eksternal”. Keterangan yang sederhana dari aspek kognitif seperti dari urutan-urutan di atas, bahwa sistematika tersebut adalah berurutan yakni satu bagian harus lebih dikuasai baru melangkah pada bagian lain.
Aspek kognitif lebih didominasi oleh alur-alur teoritis dan abstrak. Pengetahuan akan menjadi standar umum untuk melihat kemampuan kognitif seseorang dalam proses pengajaran.
B.Afektif
Domain afektif atau intelektual adalah mengenai sikap, minat, emosi, nilai hidup dan operasiasi siswa.
Menurut Krathwol (1964) klasifikasi tujuan domain afektif terbagi lima kategori:
a. Penerimaan (recerving) Mengacu kepada kemampuan memperhatikan dan memberikan respon terhadap
sitimulasi yang tepat. Penerimaan merupakan tingkat hasil belajar terendah dalam domain
afektif.
b. Pemberian respon atau partisipasi (responding) Satu tingkat di atas penerimaan. Dalam hal ini
siswa menjadi terlibat secara afektif, menjadi peserta dan tertarik.
c. Penilaian atau penentuan sikap (valung) Mengacu kepada nilai atau pentingnya kita
menterikatkan diri pada objek atau kejadian tertentu dengan reaksi-reaksi seperti menerima,
menolak atau tidak menghiraukan. Tujuan-tujuan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi “sikap
dan opresiasi”.
d. Organisasi (organization) Mengacu kepada penyatuan nilai, sikap-sikap yang berbeda yang
membuat lebih konsisten dapat menimbulkan konflik-konflik internal dan membentuk suatu sistem
nilai internal, mencakup tingkah laku yang tercermin dalam suatu filsafat hidup.
e. Karakterisasi / pembentukan pola hidup (characterization by a value or value complex)
Mengacu kepada karakter dan daya hidup sesorang. Nilai-nilai sangat berkembang nilai teratur
sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten dan lebih mudah diperkirakan. Tujuan dalam
kategori ini ada hubungannya dengan keteraturan pribadi, sosial dan emosi jiwa.
Variable-variabel di atas juga telah memberikan kejelasan bagi proses pemahaman taksonomi afektif ini, berlangsungnya proses afektif adalah akibat perjalanan kognitif terlebih dahulu seperti pernah diungkapkan bahwa:
“Semua sikap bersumber pada organisasi kognitif pada informasi dan pengatahuan yang kita miliki. Sikap selalu diarahkan pada objek, kelompok atau orang hubungan kita dengan mereka pasti di dasarkan pada informasi yanag kita peroleh tentang sifat-sifat mereka.”
Bidang afektif dalam psikologi akan memberi peran tersendiri untuk dapat menyimpan menginternalisasikan sebuah nilai yang diperoleh lewat kognitif dan kemampuan organisasi afektif itu sendiri. Jadi eksistensi afektif dalam dunia psikologi pengajaran adalah sangat urgen untuk dijadikan pola pengajaran yang lebih baik tentunya.
C. Psikomotorik
Domain psikomotorik adalah kemampuan yang menyangkut kegiatan otot dan fisik.
Menurut Davc (1970) klasifikasi tujuan domain psikomotor terbagi lima kategori yaitu :
a.Peniruan
terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan. Mulai memberi respons serupa dengan yang
diamati. Mengurangi koordinasi dan kontrol otot-otot saraf. Peniruan ini pada umumnya dalam
bentuk global dan tidak sempurna.
b. Manipulasi
Menekankan perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan, penampilan, gerakan-gerakan pilihan
yang menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Pada tingkat ini siswa menampilkan sesuatu
menurut petunjuk-petunjuk tidak hanya meniru tingkah laku saja.
c. Ketetapan
memerlukan kecermatan, proporsi dan kepastian yang lebih tinggi dalam penampilan. Respon-
respon lebih terkoreksi dan kesalahan-kesalahan dibatasi sampai pada tingkat minimum.
d. Artikulasi
Menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan yang tepat dan mencapai
yang diharapkan atau konsistensi internal di natara gerakan-gerakan yang berbeda.
e. Pengalamiahan
Menurut tingkah laku yang ditampilkan dengan paling sedikit mengeluarkan energi fisik maupun
psikis. Gerakannya dilakukan secara rutin. Pengalamiahan merupakan tingkat kemampuan
tertinggi dalam domain psikomotorik.
Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa domain psikomotorik dalam taksonomi instruksional pengajaran adalah lebih mengorientasikan pada proses tingkah laku atau pelaksanaan, di mana sebagai fungsinya adalah untuk meneruskan nilai yang terdapat lewat kognitif dan diinternalisasikan lewat afektif sehingga mengorganisasi dan diaplikasikan dalam bentuk nyata oleh domain psikomotorik ini.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Belajar adalah kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang untuk mengetahui sesuatu yang belum diketahui, atau
keinginan untuk merubah suatu kebiasaan yang belum maju ke arah lebih maju.
Sementara pembelajaran adalah kegiatan timbal balik antara yang siswa dengan
guru atau guru dengan siswa. Pembelajaran memberikan kesan saling belajar,
saling berdiskusi dan saling memberi. Dengan kemajuan teknologi, boleh jadi
anak didik tahu materi pelajaran yang mungkin belum diketahui oleh guru maka
guru boleh juga bertanya kepada siswa atau meminta penjelasan dari siswa, juga
sebaliknya sebagai tugas guru adalah mengajar (materi yang sesuai dengan
tuntunan kurikulum pendidikan guna untuk memberikan pengetahuan baru kepada
siswa). Selanjutnya, belajar merupakan kegiatan orang sehari‑hari. Kegiatan belajar tersebut dapat dihayati (dialami) oleh orang yang
sedang belajar, dan dapat diamati oleh orang lain. Belajar yang dihayati oleh
anak didik dan ada hubungannya dengan usaha pembelajaran yang dilakukan oleh
pendidik/guru. Pada satu sisi, belajar yang dialami oleh anak didik terkait dengan pertumbuhan jasmani yang siap
berkembang.
Prinsip-prinsip belajar yang
relatif berlaku umum berkaitan dengan:
- Perhatian dan motivasi,
- Keaktifan,
- Keterlibatan langsung/berpengalaman,
- Pengulangan,
- Tantangan,
- Balikan dan penguatan, serta
- Perbedaan individual.
Secara umum faktor-faktor
yang mempengaruhi proses hasil belajar dibedakan atas dua kategori, yaitu
faktor internal dan faktor eksternal:
a. Faktor internal
- Factor fisiologis: keadaan tonus
jasmani, keadaan fungsi jasmani/fisiologis
- Factor psikologis : kecerdasan
/intelegensia siswa, Motivasi, Minat, Sikap, Bakat
b. Faktor eksternal
- Lingkungan social: Lingkungan social
sekolah, Lingkungan social massyarakat, Lingkungan social keluarga.
- Lingkungan nonsosial: Lingkungan
alamiah, Factor instrumental, Factor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa)
B.saran
agar bermamfaat bagi siswa agar menjadi bahan
mata pelajaran
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati dan
Mujiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Yasin,
Fatah. 2008. Dimensi-dimensi Pendidikan Islam. Malang: UIN-Malang Press
Baharudin
dan Esa Nur Wahyuni. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta:
Ar-ruzz Media
Makmun, Abin
Syamsuddin. 2005. Psikologi Kependidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Seifert,
Kelvin. 2007. Manajemen Pembelajaran dan Instruksi Pendidikan. Jogjakarta:
Ircisod
0 komentar:
Posting Komentar