Nama : Muhammad Ilmi Ardi
Kelas/Sem. : PGSD_E/3
NIM : 12005232
Makalah Tentang Iman Kepada Rasul
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Iman kepada
Rasul-Rasul Allah merupakan suatu kewajiban, karena iman kepada Rasul-Rasul
Allah merupakan rukun iman, yaitu yang ke 4. Iman kepada Rasul artinya
mempercayai dengan sepenuh hati atas kedatangan Rasul, mulai dari yang pertama
yaitu Nabi Adam as hingga yang terakhir yaitu Nabi Muhammad SAW.
Ajaran yang
dibawa oleh para Rasul-Rasul Allah merupakan suatu rangkaian yang memiliki satu
tujuan yaitu untuk menyampaikan wahyu Allah SWT berupa syariat atau hukum
tertentu yang kemudian disampaikan atau di ajarkan kepada umatnya. Oleh karena
itu, kita sebagai seorang muslim wajib beriman atau mempercayai kepada para
Rasul utusan Allah sehingga dengan hal itu kita akan mengamalkan semua ajaran
yang di bawa oleh Rasul utusan Allah tersebut. Dengan berpegang hidup pada
Allah dan sunah Rasul maka kita akan hidup bahagia di dunia dan juga akhirat.
Namun, di
dalam kehidupan sehari-hari terkadang kita hanya mengetahui tentang
pengertiannya saja itupun hanya terbatas, tanpa mengetahui akan pemahamnnya
lebih dalam dan penerapannya di dalam kehidupan yang kita jalani atau di dalam
kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, kita patut dan wajib mempelajari,
memahami dan menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari, tentu akan jauh
lebih bermanfaat bagi kehidupan dunia dan akhirat kita.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian
latar belakang diatas, maka timbulah berbagai masalah yang dapat di
identifikasikan, yaitu sebagai berikut :
1. Apa definisi Nabi dan Rasul ?
2. Bagaimana cara kita beriman kepada Nabi dan Rasul ?
3. Apa saja sifat-sifat yang dimiliki oleh Rasul?
4. Apa sajakah tugas dan mukjizat para Rasul ?
5. Siapa saja Rasul yang mendapat gelar Ulul ‘Azmi?
6. Apa hikmah beriman kepada Rasul ?
1.3 Tujuan Penulisan
Makalah ini
ditulis dengan tujuan untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui definisi Nabi dan Rasul.
2. Untuk mengetahui cara kita beriman kepada Nabi dan Rasul.
3. Untuk mengetahui siafat-sifat yang dimiliki para Rasul.
4. Untuk mengetahui tugas dan mukjizat para Rasul.
5. Untuk mengetahui siapa saja Rasul yang mendapat gelar
Ulul ‘Azmi.
6. Untuk mengetahui hikmah dari beriman kepada Rasul Allah
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Nabi dan
Rasul
Secara
etimologis Nabi berasal dari kata na-ba artinya ditinggikan, atau dari kata
na-ba-a artinya berita. Dalam hal ini seorang Nabi adalah seseorang yang
ditinggikan derajatnya oleh Allah SWT dengan memberinya berita (wahyu).
Sedangkan Rasul berasal dari kata ar-sa-la artinya mengutus. Setelah dibentuk
menjadi Rasul berarti yang diutus. Dalam hal ini seorang Rasul adalah seorang
yang diutus oleh Allah SWT untuk menyampaikan misi, pesan (ar-risalah).
Secara
terminologis Nabi dan Rasul adalah manusia biasa, laki-laki, yang dipilih oleh
Allah SWT untuk menerima wahyu. Apabila tidak diiringi dengan kwajiban
menyampaikannya atau membawa satu misi tertentu, maka dia disebut Nabi (saja).
Namun bila diikuti dengan kwajiban menayampaikan atau membawa misi (ar-risalah)
tertentu, maka dia disebut (juga) dengan Rasul. Jadi setiap Rasul juga Nabi,
tetapi tidak setiap Nabi menjadi Rasul (Al-Jazairy,1978, hal. 258-259).
Sebagaimana
manusia biasa lainnya Nabi dn Rasul pun hidup seperti kebanyakan manusia yaitu
makan, minum, tidur, jalan-jalan, kawin, punya anak, merasa sakit, senang,
kuat, lemah, mati dan sifat-sifat manusiawi lainnya.
Kalau
diurut secara kronologis nama-nama Nabi dan Rasul yang wajib kita ketahui
adalah sebagai berikut :
1. Adam 11. Luth 21. Yunus
2. Idris 12. Ayyub 22. Zakariya
3. Nuh 13. Syu’aib 23. Yahya
4. Hud 14. Musa 24. Isa
5. Shaleh 15. Harun 25. Muhammad
6. Ibrahim 16. Zulkifli ‘alaihim as-shalatu
7. Isma’il 17. Daud was salam.
8. Ishaq 18. Sulaiman
9. Ya’qub 19. Ilyas
10. Yusuf 20. Ilyasa’
2.2 Cara Mengimani Nabi dan Rasul
Seorang
muslim wajib beriman kepada seluruh Nabi dan Rasul yang telah diutus oleh Allah
SWT, baik yang disebutkan namanya maupun yang tidak disebutkan namanya. Bagi
yang tidak disebutkan namanya kita wajib beriman secara ijmal saja, sedangkan
bagi yang disebutkan namanya kita wajib beriman secara tafshil.
Seorang
muslim wajib membenarkan semua Rasul dengan sifat-sifat, kelebihan dan
keistimewaan satu sama lain, tugas dan mukjizat masing-masing seperti yang
dijelaskan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya didalam Al-qur’an dan Sunnah Rasul.
Tidak sah iman seseorang yang menolak walau hanya satu orang Nabi atau Rasul
dari seluruh Nabi dan Rasul-Rasul yang diutus oleh Allah SWT.
2.3 Sifat-sifat yang
Dimiliki Para Rasul
Sifat-safat wajib dan Mustahil yang dimiliki oleh Rasul :
1. As-Shidqu
(benar)
Artinya selalu berkata benar , tidak pernah berdusta dalam
keadaan bagaimanapun. Apa yang dikatakan oleh seorang Rasul – baik berupa
janji, berita, ramalan masa depan, dan lain-lain – selalu mengandung kebenaran.
Mustahil seorang Rasul mempunyai sifat Kazib atau (pendusta), karena hal
tersebut menyebabkan tidak adanya orang yang membenarkan risalahnya.
2. Al-Amanah
(dipercaya)
Artinya seorang Rasul selalu menjaga dan menunaikan amanah
yang dipikulkan ke pundaknya. Mustahil seorang Rasul memiliki sifat Khianat
atau (berkhianat). Seseorang yang khianat tidak pantas menjadi Nabi, apalagi
Rasul.
3. At-Tabligh
(menyampaikan)
Arinya seorang Rasul akan menyampaikan apa saja yang
diperintahakan oleh Allah SWT untuk disampaikan. Mustahil seorang Rasul
mempunyai sifat Kitman atau (menyembunyikan) wahyu ilahi. Jika itu terjadi
tentu batal nubuwwah dan risalahnya.
4. Al-Fathanah
(cerdas)
Artinya seorang Rasul memiliki tingkat kecerdasan yang
tinggi, pikiran yang jernih, penuh kearifan, dan kebijaksanaan. Mustahil
seorang Rasul memiliki sifat Baladah atau (tidak cerdas atau pelupa).
2.4 Tugas dan
Mukjizat Rasul
Semua Rasul
yang diutus oleh Allah SWT mempunyai tugas yang sama yaitu menegakkan kalimat
tauhid La Ilaha Illallah, mengajak umat manusia hanya beribadah kepada Allah
SWT semata, menjauhi segala macam Thaghut yang menegakkan agama (iqamatu
ad-din) Islam dalam seluruh kehidupan. Tentang hal ini Allah berfirman :
“Dan Kami tidak mengutus seoarang Rasul pun sebelum kamu,
melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan melainakan Aku,
maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku.” (Al-Anbiya’ 21-25).
Dalam
menjalankan tugasnya, para Rasul berperan sebagai mubasysyrin dan munzirin
artinya memberikan kabar gembira bahwa Allah SWT akan memberikan keridhaan,
pahala dan balasan sorga bagi yang durhaka.
Untuk
membuktikan kerasulan dan kebenaran ajaran yang dibawa mereka, serta untuk
menjawab tantangan dan mematahkan argumentasi para penentang, para Rasul
dilengkapi oleh Allah SWT dengan mukjizat yaitu kejadian luar biasa
(khawari-qul ‘adah) yang terjadi atas izin Allah SWT. Mukjizat para Rasul
berbeda-beda satu sama lain sesuai dengan kecenderungan umat masing-masing atau
situasi yang mengendaki. Misalnya mukjizat Nabi Ibrahim AS yang tidak hangus
terbakar di dalam api besar yang menyala, bahkan beliau merasakan kenyamanan
berada di dalamnya. Bukanlah dengan maksud mendemonstrasikan kemampuannya
“tahan api”, teteapi memang keadaan waktu itu yang menyebabkan Allah memilihkan
mukjizat ini untuk Ibrahim Khalilullah. Mukjizat Nabi Musa antara lain membelah
lautan dengan tongkat, lalu terbentang jalan raya di tengahnya, atau sebelumnya
tongkat menjadi ular besar yang melahap
habis ular-ular tukang sihir suruhan Fir’aun, memang sesuai dengan tantangan
dan situasi yang dihadapi oleh musa Kalimullah waktu itu. Begitu juga mukjizat
Nabi Isa AS yang bisa menyembuhkan bermacam-macam penyakit berat yang tidak
mampu disembukan oleh “dokter-dokter ahli” waktu istu sesuai dengan
kecenderungan dan prestasi pengobatan mas itu. Tapi Khusus untuk Nabi Muhammad
SAW disamping mukjizat yang hissiyah (indrawi) seperti keluar ir dari sela-sela
jarinya untuk keperluan para sahabat berwhudhu, beliau dilengkapi dengan
mukjizat yang abadi sepanjang zaman yaitu Kitan Suci Al-Qur’an. Hal itu sesuai
dengan tugas beliau sebagai Rasul untuk seluruh umat manusia sampai akhir zaman
nanti, berbeda dengan Rasul-Rasul sebelumnya yang hanya diutus untuk umat dan
masa tertentu saja.
2.5 Rasul-Rasul yang
Ulul ‘Azmi
Rasul-Rasul
yang digelari ulul ‘azmi ada lima orang yaitu:
1. Muhammad SAW
2. Nuh AS
3. Ibrahim AS
4. Musa AS
5. Isa AS
Tentang hal itu Allah SWT berfirman:
“Maka bersabarlah kamu seperti bersabarnya Rasul-Rasul yang
Ulul ‘Azmi….” (Al-Ahqaf 46:35).
“Dan ingatlah ketika Kami mengambil perjanjian dari
Nabi-Nabi dan dari kamu (Muhammad), dari Nuh, Ibrahim, Musa, Isa putera Maryam,
dan kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang teguh.” (Al-Ahzab 33:7).
Ulul ‘Azmi
maksudnya teguh hati, tabah, sabar, segala cita-cita dikejar dengan segenap
tenaga yang dimiliki, hingga akhirnya tercapai juga. Sedangkan Rasul-Rasul yang
ulul ‘azmi maksudnya adalah para Rasul yang paling banyak mendapat tantangan,
paling banyak mendapat penderitaan, tapi mereka tetap teguh, tabah, sabar dan
terus berjuang hingga mereka berhasil mengemban tugas yang dipikulkan oleh
Allah SWT.
2.6 Hikmah Beriman
Kepada Rasul
Beriman
kepada Rasul Allah memiliki hikmah yang sangat baik bagi kehidupan manusia,
baik dalam kehidupan secara pribadi maupun dalam kehidupan bermasyarakat.
Adapun hikmah-hikmah dengan kita beriman kepada rasul allah, antara lain:
1. Mendapat
rahmat Allah SWT.
2. Sebagai
perantara mengenal Allah dengan segala sifat kesempurnaan-Nya.
3. Mengajarkan
kepada manusia agar dalam hidup dapat selamat dan sejahtera baik di dunia
maupun di akhirat.
4. Memberikan
petunjuk dan suri teladan sehingga akan mudah diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
5. Memberi
bimbingan kepada manusia agar menjadi manusia yang bertakwa kepada Allah swt.
6. Kita dapat
membedakan antara yang benar dan yang salah (buruk).
7. Sebagai
prioritas untuk mencapai kebenaran yang hakiki karena mendapat petunjuk dari
Allah dan menjadi tahu tentang hakikat dirinya sendiri. Sehingga akan bertambah
iman kepada Allah dan juga kepada Rasul Allah.
8. Kita
mengetahui adanya kehidupan sesudah mati.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Beriman
kepada Rasul-Rasul Allah merupakan hal wajib dan patut dipelajari, karena
selain memberikan hikmah-hikmah yang sangat bermanfaat, juga memberikan
pembelajaran dan teladan bagi kehidupan kita baik di dunia maupun di akhirat.
Kita sebagai manusia harus mempelajari lebih dalam, memahami lebih luas, dan
menerapkannya di dalam kehidupan kita tentang beriman kepada Rasul-Rasul Allah
agar kita dapat menjadi yang lebih baik di setiap harinya, dan mendapat
kehidupan yang bahagia di dunia maupun di akhirat.
3.2 Saran
Mungkin
inilah yang bisa saya sampaikan pada penulisan tugas makalah “Iman Kepada
Rasul”. Meskipun penulisan ini jauh dari sempurna minimal kita dapat mengambil
manfaat dan ilmu dari tulisan ini. Masih banyak kesalahan dari penulisan yang
saya tuliskan, karena saya hanyalah manusia yang adalah tempat salah dan dosa,
dan saya juga butuh saran/ kritikan agar bisa menjadi motivasi untuk masa depan
yang lebih baik daripada masa sebelumnya. Saya juga mengucapkan terima kasih
kepada dosen mata kuliah Studi Islam II Bapak Rahmadi Wibowo, Lc., M.A yang
telah memberi tugas individu ini demi kebaikan diri saya sendiri dan harapannya
juga untuk orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Shalut, Muhammad. 1998. Akidah dan Syari’ah Islam. Jakarta:
Bumi Aksara.
Chirzin, Muhammad. 1997. Konsep dan Hikmah Aqidah Islam.
Yokyakarta: Mitra Pustaka.
baca blog ini menambah wawasan dalam berimn kepada rasul
BalasHapusoke mbak? terimakasih atas kunjungannya ?
BalasHapuscukup bagus postingnya :)
BalasHapusnice post mas,,,,
BalasHapussalam blogger
@tari : terimakasih mbak kunjungannya,..!
BalasHapus@boromania selatan : terimakasih sudah berkunjung. Salam Blogger..
dari referensinya hal brpa di bukunya
BalasHapusAda File doc atau pdf nya gak
BalasHapus